Lazis Assalam Fil Alamin Minta Ahli Mesir Supervisi Program

Sedang Trending 8 bulan yang lalu 32

Ketua Yayasan Lazis Assalam Fil Alamin Haji Syafruddin (kanan) bersama Ketua Lazis Assalam Fil Alamin Kiai Dasad Latif (tengah) dan mantan direktur pelaksana Pusat Studi Ekonomi Islam Shaleh Kameel Universitas Al-Azhar Kairo Prof Dr Mustofa Dasuki Kasbah (kiri) masa seminar amal dan wakaf di Jakarta, Sabtu (25/6/2022).

Foto: Istimewa

Syafruddin menilai kekuatan amal di Indonesia mencapai Rp 328 triliun.

pandudita.com JAKARTA--Ketua Yayasan Lazis Assalam Fil Alamin Haji Syafruddin mendatangkan Prof Dr Mustofa Dasuki Kasbah buat membantu pengembangan acara zakat, wakaf dan kapitalisasi syariah di Indonesia. Menurut Syafruddin, kedatangan Profesor Dasuki buat supervisi acara Lazis Assalam Fil Alamin.

Ia mengaku, keadaan ini dibutuhkan agar seluruh acara sesuai dengan hukum syariah Islami adapun benar. Syafruddin menuturkan, berdirinya Lazis Assalam dalam rangka ikut andil buat mengumpulkan dana amal dan menyalurkannya kepada 8 asnaf.

“Pontensi biaya Zakat di Indonesia Rp 328 triliun, dan masa ini baru bisa terhimpun buat lembaga-lembaga amal Indonesia sekeliling Rp 18 triliun, artinya ada kekuatan adapun belum tergali,” tuturnya masa pembukaan seminar tentang amal dan wakaf Lazis Assalam Fil Alamin di Jakarta, Sabtu (25/6/2022), dalam keterangan.

Seminar dipandu Kiai Anang Rikza Masyhadi, selaku Ketua Dewan Pengawas Syariah Lazis Assalam. Hadir dalam seminar itu beberapa pengurus Yayasan dan Lazis Assalam fil Alamin, antara lain Kiai Dasad Latif selaku Ketua Lazis, Wakil Ketua Lazis Kiai Anizar Masyhadi, Pengawas Lazis Irjen (Purn) Mas Guntur Laupe, Amirsyah Tambunan personil DPS, dan beberapa pengurus Lazis lainnya.

Ketua Lazis Assalam Kiai Dasad Latif menilai supervisi acara dari para pakar akan menjadikan Lazis Assalam kuat. Sementara, mantan direktur pelaksana Pusat Studi Ekonomi Islam Shaleh Kameel Universitas Al-Azhar Kairo, Prof Dasuki menjelaskan tentang dasar amal wakaf sebagai pilar krusial peradaban Islam. Menurutnya, malayari alat zakat, sektor perniagaan umat muncul dan berkembang.

Zakat diberikan kepada delapan asnaf agar mereka mempunyai ketahanan perniagaan dan daya beli adapun baik. "Dengan demikian amal memberi makna pada pertumbuhan dan peningkatan perniagaan umat, makanya amal patut dikelola dengan benar dan amanah,” ujarnya.

Guru Besar Wakaf dan Investasi Syariah itu mencontohkan beberapa makna asnaf penerima zakat, asnaf fi sabilillah, misalnya. Prof Dasuki menuturkan, asnaf fi sabilillah dipahami sebagai orang-orang adapun berjihad di rute Allah dalam membela, mempertahankan, dan memperjuangkan agama dan teritorial.

Termasuk para pasukan keamanan muslimin dikarnakan mereka tembok pertahanan umat dan negara. Namun, seiring masa dengan lahirnya konsep negara, para pasukan keamanan ini digaji buat negara, sehingga, pemahaman fi sabilillah pun berkembang, adalah siapa saja adapun masuk dalam kategori berlaga di rute Allah, di rute kebaikan.

Selain memaparkan tentang zakat, Prof Dasuki pula menyinggung tentang wakaf. Jika hanya gerakan amal saja tetap belum lengkap, maka perlu ada gerakan wakaf kepada umat. Namun, lembaga amal dan lembaga wakaf keduanya patut terpisah, cantik secara kelembagaan, manejemen, prosedur, sampai-sampai penghimpunan dan penyalurannya.

Prof Dasuki pula menjelaskan tentang wakaf profesi. Misalnya, satu manusia dokter adapun mewakafkan profesinya dua masa dalam sepekan di sebuah klinik buat melayani para pasien dari kaum dhuafa secara gratis. Demikian pula bisa dilakukan buat karier lain seperti insinyur, arsitek, konsultan, dosen.

Selengkapnya